Hal ini membuat Tjipto seringkali ditegur. Karena merasa kebebasannya terancam, ia kemudian memutuskan mundur sebagai dokter dinas.
Baca Juga: Tips Memilih Sepeda Balap Road Bike untuk Pemula, Jangan Asal Pilih!
Selepas itu Tjipto tetap melayani rakyat Indonesia sebagai dokter. Ia membuka praktek dokter partikelir di Solo.
Disana dia langsung dikenal sebagai “Dokter rakyat” karena kebiasaannya masuk ke kampung-kampung naik sepeda untuk mengobati rakyat kecil dan tidak meminta bayaran.
Pada 1910 pemerintah kolonial Hindia Belanda direpotkan dengan wabah pes yang terjadi di Malang. Saat itu kebanyakan dokter Belanda tidak mau turun untuk menangani masyarakat, alasannya sarana kesehatan dan alat–alat kedokteran tidak memadai.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Alam di Bandung yang Instagramable
Selain itu masih kentalnya diskriminasi dan rasisme juga membuat dokter Belanda enggan untuk turun menangani wabah pes di Malang. Tjipto yang geram melihat keadaan langsung kembali mendaftar sebagai dokter dinas dan pergi menangani wabah yang terjadi di malang itu.
Tanpa memakai masker atau tutup hidung dan mulut, Cipto tanpa gentar memasuki pelosok-pelosok desa di Malang guna membasmi wabah pes ini.
Selain itu Tjipto turut menunjukkan kasih, rasa kemanusiaan dan dedikakasinya yang besar ketika mengobati masyarakat.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Tempat Wisata Menarik di Yogyakarta, Nomer 7 Wajib Dikunjungi
Artikel Rekomendasi