Gara-Gara Tidak Ada Ventilator, Dokter di Surabaya yang Positif Covid-19 Meninggal Dunia

- 5 Desember 2020, 14:10 WIB
Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. /Pixabay/Jeyaratnam Caniceus

PORTAL PROBOLINGGO—Pandemi Covid-19 di Indonesia kurang lebih sudah berlangsung selama sepuluh bulan.

Selama sepuluh bulan itu sudah banyak korban yang berjatuhan. Akumulasi kasus positif aktif yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga 4 Desember 2020 jumlahnya ialah 563.680.

Selain itu, Kemenkes mencatat pula ada 466.178 pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Baca Juga: Lirik Sholawat Ya Nabi Salam Alaika Lengkap dengan Arab, Latin dan Terjemahan Bahasa Indonesia

Sementara itu untuk korban yang meninggal karena Covid-19 ini, menurut data Kemenkes jumlahnya mencapai 17.479 jiwa.

Korban yang meninggal pun datang dari berbagai kalangan, mulai dari rakyat biasa hingga tenaga medis.

Dilansir PORTAL PROBOLINGGO dari berita Kabae Lumajang berjudul “Tak ada Ventilator yang Tersedia di Surabaya, Dokter Senior dan Istrinya Meninggal”, terbaru ada seoeang dokter di Surabaya yang meninggal dunia.

Dr. Sardjono Utomo, seorang dokter senior di Indonesia, dirawat di rumah sakit lokal di Surabaya, Jawa Timur pada Selasa, 1 Desember 2020.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Sudah Dekat, WHO: Tetap Waspada

Dalam waktu 24 jam, rekan dokternya menelepon berbagai rumah sakit untuk mencari ventilator yang tersedia di Surabaya.

Namun, di kota terbesar kedua tersebut ketersediaan ventilator pun sulit hingga akhirnya, dokter Sardjono dan istrinya meninggal dunia.

Kematian dokter Sardjono dan istrinya meningkatkan alarm mengenai Covid-19 dan penanganannya di negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia tersebut dengan peralatan kesehatan yang tak cukup memadai.

Baca Juga: Najwa Shihab Sebut Urusan Habib Rizieq Selalu Penuh Drama, Haikal Hassan Justru Sampaikan Hal Ini

Dilansir dari Reuters, dalam waktu 10 hari, Indonesia mencatatkan rekor tertinggi jumlah kasus positif Covid-19 dengan angka 8.369 pada 3 Desember 2020.

Kenaikan angka yang signifikan ini juga disertai dengan berita mengenai berbagai rumah sakit regional yang penuh oleh pasien Covid-19.

Halik Malik, juru bicara dari Ikatan Dokter Indonesia mengatakan bahwa situasi over kapasitas yang terjadi kali ini adalah yang terburuk sejak pandemi Covid-19 di Indonesia.

Baca Juga: Nama-Nama Sunan Walisongo Beserta Asal Daerahnya, Sang Tokoh Penting Penyebaran Islam di Indonesia

Para ahli kesehatan mengatakan bahwa Indonesia telah kesulitan untuk menangani Covid-19 sejak Maret dan kini, kasus positif Covid-19 telah mencapai 557.877 kasus dengan angka kematian 17.355.

Angka tersebut belum ditambah dengan angka suspek yang mencapai 70 ribu.

Hingga kini, angka tersebut masih tertinggi dengan angka kematian tertinggi di wilayah Asia Tenggara dan data menunjukkan bahwa situasi kian memburuk.

Di Pamekasan, salah satu wilayah dari Kepulauan Madura dimana tempat Dr. Sadjono bekerja sebagai kepala rumah sakit selama beberapa tahun, di sana tak ada ventilator.

Baca Juga: Kabar Vaksin Covid 19: Susul Inggris, Bahrain Setujui Penggunaan Vaksin Pfizer bagi Warganya

Namun ketika radiologis berusia 67 tahun tiba di Rumah Sakit Muhamad Noer di Pamekasan, ia membutuhkan Ventilator.

Ahli paru yang merawat Dr. Sardjono di Pamekasan mengatakan bahwa saat ini rumah sakit tengah penuh dan itu terjadi dimana-mana.

Sementara itu, menantu dari Dr. Sardjono, Arif Rahman mengatakan bahwa kematian dari mertuanya menjadi salah satu pertanda bagaimana kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit nasional dalam menangani pandemi.

Baca Juga: Jokowi Lepas Ekspor Produk Indonesia Dari 133 Perusahan Senilai Rp23,48 Triliun

Ia menyampaikan bahwa salah satu yang terpenting adalah ventilator. Di Pamekasan di mana selalu menjadi rujukan bagi area lain, kurangnya fasilitas ini sangat disayangkan.

Sementara di Surabaya, rumah sakit saat ini selalu penuh.

Ketika ditanya mengapa Dr. Sardjono tak dapat menemukan ventilator, juru bicara dari Pemerintahan Surabaya mengatakan bahwa mereka terlambat dalam mencari bantuan dan itu bukanlah kesalahan dari kota tersebut.

Ia menambahkan bahwa saat ini, kapasitas ICU mencapai 66 persen. 

Baca Juga: Kumpulan Lagu Daerah Jawa Timur, Lengkap dengan Liriknya

Namun di Pulau Jawa, di mana merupakan pulau yang paling padat, keadaan makin mengkhawatirkan.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan bahwa ruang isolasi di Bogor, Depok, Bekasi, dan Bandung telah mencapai 80 persen dari kapasitas.

Sementara di Ibukota, keadaan juga mengkhawatirkan.

LaporCovid-19, salah satu organisasi data independen mengatakan bahwa ruang gawat darurat di Jakarta makin menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan karena kapasitas yang penuh.

Baca Juga: Setelah Video Dugemnya Viral, Begini Nasib Serdy dan Yudha Febrian

Ketika LaporCovid-19 mencoba untuk mencari tempat tidur bagi pasien Covid-19, mereka telah menelepon 69 rumah sakit dan menemukan bahwa kapasitas hampir terpenuhi 97 persen.

Irma Hidayana, co-founder dari LaporCovid-19 mengatakan bahwa over kapasitas yang terjadi pada ruang gawat darurat menandakan bahwa pemerintah kurang serius dalam menangani pandemi.

Data dari pemerintah Jakarta per 29 November 2020 menunjukkan bahwa kasur pada ruang isolasi di 98 rumah sakit rujukan terpenuhi kapasitasnya sebanyak 79 persen, semnetara kasur untuk ruang gawat darurat penuh sebanyak 74 persen.

Baca Juga: Akan Jalani Operasi Ketiganya, Marc Marquez Belum Bisa Tampil Hingga Mei 2021

Dalam konferensi pers yang dilakukan pada Kamis, juru bicara dari Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan bahwa kasur untuk ruang gawat darurat terpenuhi sebanyak 57 persen secara nasional sementara sebanyak 1.315 ventilator portabel telah disalurkan ke berbagai daerah.

Sardjono merupakan satu dari 180 dokter yang meninggal di Indonesia karena Covid-19.***(Penulis: Inka Amaliyah/Kabar Lumajang)

Editor: Naufal Ikbar


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini